Latar
Belakang
Darah adalah
sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentuk) tertahan dan dibawa
dalam matriks cairan (plasma). Darah lebih berat dibandingkan air dan lebih
kental. Cairan ini memiliki rasa dan bau yang khas, serta pH 7,4 (7,35 – 7,45).
Dalam sirkulasi
darah didapatkan sel darah dan cairan yang disebut plasma. Sel darah tersebut
terdiri dari eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), trombosit
(sel pembeku darah). Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang bertujuan
untuk mengetahui kelainan dari kuantitas dan kualitas sel darah merah, sel
darah putih dan trombosit serta menguji perubahan yang terjadi pada plasma yang
terutama berperan pada proses pembekuan darah.
Giemsa adalah zat
warna yang terdiri dari eosin dan metil azur, yang memberi warna merah muda
pada sitoplasma dan metilen biru pada inti leukosit. Ketiga zat warna tersebut
dilarutkan dengan metil alkohol dan gliserin. Larutan ini dikemas dalam botol coklat
berukuran 100 mL – 200mL dan dikenal sebagai giemsa stok pH 7. Giemsa stok
harus diencerkan lebih dahulu sebelum dipakai mewarnai sel darah.
Tinjauan
Pustaka
Pemeriksaan darah
(hematologi klinis) merupakan salah satu metode untuk menetapkan suatu
diagnosis penyakit yang dapat memberi gambaran tentang keadaan patologis dan
fisiologis. Melalui pemeriksaan ini dapat diketahui adanya kelainan-kelainan
dalam darah atau organ-organ pembentuk darah, serta kelainan darah akibat
proses sistemik (Meisari, 2013)
Warna darah
bervariasi dari merah terang sampai merah tua kebiruan, bergantung pada kadar
oksigen yang dibawa sel darah merah. Volume darah total sekitar 5 liter pada
laki-laki dewasa berukuran rata-rata dan kurang sedikit pada perempuan dewasa.
Volume ini bervariasi sesuai ukuran tubuh dan berbanding terbalik dengan jumlah
jaringan adipose dalam tubuh . volume ini juga bervariasi sesuai perubahan
cairan darah dan konsentrasi elektrolit (Sloane, 2003).
Sediaan apus darah tepi yang
digunakan pada labolatorium hematologi indonesia adalah apusan darah
tetes tipis. SADT yang baik yaitu yang memiliki tiga bagian
utama, yaitu bagian kepala, bagian badan dan bagian ekor dengan
ketebalan gradual dan ketebalan apusan menggambarkan distribusi
sel darah. Panjang sediaan apus kira-kira 1/2 – 2/3 kaca
objek. Pada bagian yang tipis sel-sel eritrosit berdekatan dan
tidak bertumpuk-tumpuk atau menyusun gumpalan. Sel-sel leukosit
menyebar secara merata, tidak bergerombol di satu bagian
(Tarwoto,2008)
Pembahasan
TPP
Hati
mensintesis dan melepaskan lebih dari 90% protein plasma. Protein pada darah
terbagi menjadi tiga yaitu albumin, globulin dan fibrinogen. Hal tersebut
sesuai pendapat Kaneko (1997) terdapat tiga fraksi utama protein dalam darah,
yaitu albumin, globulin dan fibrinogen. Albumin, fibrinogen, dan globulin
(50-80% globulin) disintesis di organ hati, sedangkan sisa globulin lainnya
dibentuk di jaringan limfoid.
Hasil
pengukuran TPP didapatkan 2,8%. Standar TPP pada darah 4,5 – 5,5 g/dl. Hal tersebut
sependapat dengan Kurniawati (2013)
bahwa kisaran nilai standar total protein plasma (TPP) yakni berkisar 4,5
sampai 5,5 gl/dL. Protein Plasma akan meningkat dalam darah ketika
tubuh berusaha melawan infeksi melelui sistem immunoglobulin.
Penjelasan
saat praktikum bahwa nilai TPP disebabkan dehidrasi. Hal tersebut tidak
sependapat dengan Jackson (2007) bahwa
Konsentrasi protein total dan nilai hematokrit meningkat pada kasus dehidrasi,
diikuti dengan peningkatan konsentrasi albumin dan globulin.
Sedangkan menurut pendapat Kaslow (2010) bahwa penurunan
konsentrasi protein total disebabkan oleh malnutrisi dan malabsorbsi, penyakit
hati, diare kronis maupun akut, ketidakseimbangan hormon, penyakit ginjal
(proteinuria), rendahnya konsentrasi albumin, rendahnya konsentrasi globulin
dan kebuntingan.
PCV
Hasil
praktikum nilai PCV yang di dapat adalah 15%. Standar PCV yang normal adalah
40-45%. Hal tersebut sesuai pendapat IKAPI (2003) bahwa nilai hematokrit dalam keadaan normal mencapai
garis empat puluh sampai lima puluh mm (nilai hematokrit 40 – 45%).
Hasil
praktikum menunjukkan bahwa nilai PCV 15% berarti darah tersebut mengalami
anemia. Hal tersebut sesuai pendapat Wicaksono, (2009) bahwa Anemia dapat
diartikan penurunan jumlah
eritrosit, hemoglobin, dan penurunan nilai Packed Cell
Volume (PCV). Anemia mikrositik normokromik
dan anemia makrositik normokromik adalah yang paling sering terjadi pada hewan
akibat
infeksi. Anemia tersebut dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, fungi, virus,
protozoa dan parasit.
PCV
untuk mengetahui prosentase volume sel darah merah dalam darah. PCV akan
meningkat tinggi Karena CDM yang tinggi dan volume plasma darah kurang. apabila
anemia maka pcv turun. Hal tersebut sesuai dengan Guyton (2014)
apabila
jumlah eritrosit menurun maka total Packed Cell
Volume (PCV) akan menurun juga
Fibrinogen
Rataan
nilai fibrinogen darah yang terinfeksi koksidiosis mengalami penurunan
dibandingkan dengan nilai fibrinogen darah normal. Penjelasan saat praktikum standar
fibrinogen 0,2 -0,4. Menurut Meisari (2013) Pada kelinci nilai fibrinogen
adalah
0,3–0,9.
Fibrinogen
yang tinggi mempengaruhi viskositas darah. Fungsi fibrinogen adalah sebagai
agen pembekuan darah. Menurut Hana
(2011) Fibrinogen mempunyai peranan penting dalam aglutinasi darah yang
berfungsi sebagai parameter
yang baik dalam kasus peradangan atau perdarahan.
Penurunan
nilai fibrinogen darah akibat infeksi koksidiosis berbanding lurus dengan
penurunan TPP. Saat TPP mengalami
penurunan maka nilai fibrinogen darah juga mengalami penurunan. Hal ini juga dinyatakan
oleh Guyton (1993), bahwa salah satu penyebab konsentrasi fibrinogen menurun
dan adanya
indikasi ganguan penyakit secara umum, traumatik, dan infeksi adalah
koksidiosis
Pengecetan Darah
Pengecetan
darah dilakukan dengan cat giemsa biru. Fungsi cat giemsa sebagai indicator
warna. Darah dibagi menjadi tiga yaitu Eritrosit leukosit dan trombosit.
Eritrosit
memiliki inti sel dan berwarna merah. Berdasarkan
ada atau tidaknya granula di dalam sitoplasmanya, leukosit dibagi menjadi
leukosit tidak bergranula (agranulosit) dan leukosit bergranula (granulosit). Trombosit
memiliki bentuk tidak beraturan.
Pada praktikum dijelaskan leukosit
bergranuler dibagi menjadi tiga yaitu basofil, neutrofil dan eosinofil. Sesuai
pendapat Frandson (1994) Berdasarkan sifat-sifat granul yang dimilikinya,
granulosit dibedakan menjadi tiga, yaitu neutrofil, basofil, eosinofil. Agranulosit
merupakan leukosit yang tidak memiliki granula pada sitoplasmanya. Terdapat dua
jenis agranulosit, yaitu limfosit dan monosit Granulosit merupakan leukosit
yang memiliki granula pada sitoplasmanya.
Dapus
Guyton Dan Hall. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Egc. Jakarta.
Hana. A. 2011. Profil Darah, Peristaltik Dan Neuron
Mienterik Nitrergik Usus Halus Kelinci
(Orictolagus Cuniculus) Yang Diinfeksi Eimeria Magna. Disertasi.Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
(Orictolagus Cuniculus) Yang Diinfeksi Eimeria Magna. Disertasi.Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
IKAPI. 2003. Ensiklopedi Umum. Kanisius. Yogyakarta.
Jackson Ml. 2007. Veterinary Clinical Pathology: An
Introduction. Blackwell Publishing Iowa. Hlm. 25:127.
Kaneko Jj. 1997. Serum Proteins And The
Dysproteinemias. Didalam Kaneko Jj, Jw. Harvey, Ml Bruss, Editor. Clinical
Biochemistry Of Domestic Animals. Edisi 5. Academic Press. London, New York,
Tokyo.
Kaslow Je. 2010. Analysis Of Serum Protein. Santa Ana
: 720 North Tustin Avenue Suite 104, Ca.
Kurniawati Dian, Mohandas Indradji Dan Diana
Indrasanti. 2013. Total Protein Plasma (Tpp) Dan Fibrinogen Darah Pada Kelinci
Yang Terinfeksi Koksidiosis Di Sentra Peternakan Kelinci Di Kabupaten Banyumas.
Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):391-396.
Meisari Putri, Mohandas Indradji Dan Diana Indrasanti.
2013. Total Nilai Packed Cell Volume (Pcv) Dan Eritrosit Kelinci Yang
Terinfeksi Koksidiosis Di Kabupaten Banyumas. Jurnal Ilmiah Peternakan
1(1):353-358.
Sloane, E. 2004. Anatomi Dan Fisiologi Untuk
Pemula. Penerbit Buku Kedokteran Egc: Jakarta.
Tarwoto, Wartonah. 2008. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan
Sistem Hematologi. Jakarta Timur. Trans Info Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar