Jumat, 09 Juni 2017

TPP, PCV, Fibrinogen dan Pengecetan Darah

Latar Belakang
Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentuk) tertahan dan dibawa dalam matriks cairan (plasma). Darah lebih berat dibandingkan air dan lebih kental. Cairan ini memiliki rasa dan bau yang khas, serta pH 7,4 (7,35 – 7,45).
Dalam sirkulasi darah didapatkan sel darah dan cairan yang disebut plasma. Sel darah tersebut terdiri dari eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), trombosit (sel pembeku darah). Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui kelainan dari kuantitas dan kualitas sel darah merah, sel darah putih dan trombosit serta menguji perubahan yang terjadi pada plasma yang terutama berperan pada proses pembekuan darah.

Giemsa adalah zat warna yang terdiri dari eosin dan metil azur, yang memberi warna merah muda pada sitoplasma dan metilen biru pada inti leukosit. Ketiga zat warna tersebut dilarutkan dengan metil alkohol dan gliserin. Larutan ini dikemas dalam botol coklat berukuran 100 mL – 200mL dan dikenal sebagai giemsa stok pH 7. Giemsa stok harus diencerkan lebih dahulu sebelum dipakai mewarnai sel darah.

Tinjauan Pustaka
Pemeriksaan darah (hematologi klinis) merupakan salah satu metode untuk menetapkan suatu diagnosis penyakit yang dapat memberi gambaran tentang keadaan patologis dan fisiologis. Melalui pemeriksaan ini dapat diketahui adanya kelainan-kelainan dalam darah atau organ-organ pembentuk darah, serta kelainan darah akibat proses sistemik (Meisari, 2013)
Warna darah bervariasi dari merah terang sampai merah tua kebiruan, bergantung pada kadar oksigen yang dibawa sel darah merah. Volume darah total sekitar 5 liter pada laki-laki dewasa berukuran rata-rata dan kurang sedikit pada perempuan dewasa. Volume ini bervariasi sesuai ukuran tubuh dan berbanding terbalik dengan jumlah jaringan adipose dalam tubuh . volume ini juga bervariasi sesuai perubahan cairan darah dan konsentrasi elektrolit (Sloane, 2003).

Sediaan apus darah tepi yang digunakan pada labolatorium hematologi indonesia adalah apusan darah tetes tipis. SADT yang baik yaitu yang memiliki tiga bagian utama, yaitu bagian kepala, bagian badan dan bagian ekor dengan ketebalan gradual dan ketebalan apusan menggambarkan distribusi sel darah. Panjang sediaan apus kira-kira 1/2 – 2/3 kaca objek. Pada bagian yang tipis sel-sel eritrosit berdekatan dan tidak bertumpuk-tumpuk atau menyusun gumpalan. Sel-sel leukosit menyebar secara merata, tidak bergerombol di satu bagian (Tarwoto,2008)

Pembahasan
TPP
Hati mensintesis dan melepaskan lebih dari 90% protein plasma. Protein pada darah terbagi menjadi tiga yaitu albumin, globulin dan fibrinogen. Hal tersebut sesuai pendapat Kaneko (1997) terdapat tiga fraksi utama protein dalam darah, yaitu albumin, globulin dan fibrinogen. Albumin, fibrinogen, dan globulin (50-80% globulin) disintesis di organ hati, sedangkan sisa globulin lainnya dibentuk di jaringan limfoid.
Hasil pengukuran TPP didapatkan 2,8%. Standar TPP pada darah 4,5 – 5,5 g/dl. Hal tersebut sependapat dengan Kurniawati (2013) bahwa kisaran nilai standar total protein plasma (TPP) yakni berkisar 4,5 sampai 5,5 gl/dL. Protein Plasma akan meningkat dalam darah ketika tubuh berusaha melawan infeksi melelui sistem immunoglobulin.
Penjelasan saat praktikum bahwa nilai TPP disebabkan dehidrasi. Hal tersebut tidak sependapat dengan  Jackson (2007) bahwa Konsentrasi protein total dan nilai hematokrit meningkat pada kasus dehidrasi, diikuti dengan peningkatan konsentrasi albumin dan globulin. Sedangkan menurut pendapat Kaslow (2010) bahwa penurunan konsentrasi protein total disebabkan oleh malnutrisi dan malabsorbsi, penyakit hati, diare kronis maupun akut, ketidakseimbangan hormon, penyakit ginjal (proteinuria), rendahnya konsentrasi albumin, rendahnya konsentrasi globulin dan kebuntingan.

PCV
Hasil praktikum nilai PCV yang di dapat adalah 15%. Standar PCV yang normal adalah 40-45%. Hal tersebut sesuai pendapat IKAPI (2003) bahwa nilai  hematokrit dalam keadaan normal mencapai garis empat puluh sampai lima puluh mm (nilai hematokrit 40 – 45%).
Hasil praktikum menunjukkan bahwa nilai PCV 15% berarti darah tersebut mengalami anemia. Hal tersebut sesuai pendapat Wicaksono, (2009) bahwa Anemia dapat diartikan penurunan jumlah eritrosit, hemoglobin, dan penurunan nilai Packed Cell Volume (PCV). Anemia mikrositik normokromik dan anemia makrositik normokromik adalah yang paling sering terjadi pada hewan akibat infeksi. Anemia tersebut dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, fungi, virus, protozoa dan parasit.
PCV untuk mengetahui prosentase volume sel darah merah dalam darah. PCV akan meningkat tinggi Karena CDM yang tinggi dan volume plasma darah kurang. apabila anemia maka pcv turun. Hal tersebut sesuai dengan Guyton (2014) apabila jumlah eritrosit menurun maka total Packed Cell Volume (PCV) akan menurun juga

Fibrinogen
Rataan nilai fibrinogen darah yang terinfeksi koksidiosis mengalami penurunan dibandingkan dengan nilai fibrinogen darah normal. Penjelasan saat praktikum standar fibrinogen 0,2 -0,4. Menurut Meisari (2013) Pada kelinci nilai fibrinogen adalah 0,3–0,9.
Fibrinogen yang tinggi mempengaruhi viskositas darah. Fungsi fibrinogen adalah sebagai agen pembekuan darah. Menurut  Hana (2011) Fibrinogen mempunyai peranan penting dalam aglutinasi darah yang berfungsi sebagai parameter yang baik dalam kasus peradangan atau perdarahan.
Penurunan nilai fibrinogen darah akibat infeksi koksidiosis berbanding lurus dengan penurunan TPP. Saat TPP mengalami penurunan maka nilai fibrinogen darah juga mengalami penurunan. Hal ini juga dinyatakan oleh Guyton (1993), bahwa salah satu penyebab konsentrasi fibrinogen menurun dan adanya indikasi ganguan penyakit secara umum, traumatik, dan infeksi adalah koksidiosis

Pengecetan Darah
Pengecetan darah dilakukan dengan cat giemsa biru. Fungsi cat giemsa sebagai indicator warna. Darah dibagi menjadi tiga yaitu Eritrosit leukosit dan trombosit.
Eritrosit memiliki inti sel dan berwarna merah. Berdasarkan ada atau tidaknya granula di dalam sitoplasmanya, leukosit dibagi menjadi leukosit tidak bergranula (agranulosit) dan leukosit bergranula (granulosit). Trombosit memiliki bentuk tidak beraturan.
Pada praktikum dijelaskan leukosit bergranuler dibagi menjadi tiga yaitu basofil, neutrofil dan eosinofil. Sesuai pendapat Frandson (1994) Berdasarkan sifat-sifat granul yang dimilikinya, granulosit dibedakan menjadi tiga, yaitu neutrofil, basofil, eosinofil. Agranulosit merupakan leukosit yang tidak memiliki granula pada sitoplasmanya. Terdapat dua jenis agranulosit, yaitu limfosit dan monosit Granulosit merupakan leukosit yang memiliki granula pada sitoplasmanya.

Dapus
Guyton Dan Hall. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Egc. Jakarta.
Hana. A. 2011. Profil Darah, Peristaltik Dan Neuron Mienterik Nitrergik Usus Halus Kelinci
(Orictolagus Cuniculus) Yang Diinfeksi Eimeria Magna. Disertasi.Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
IKAPI. 2003. Ensiklopedi Umum. Kanisius. Yogyakarta.
Jackson Ml. 2007. Veterinary Clinical Pathology: An Introduction. Blackwell Publishing Iowa. Hlm. 25:127.
Kaneko Jj. 1997. Serum Proteins And The Dysproteinemias. Didalam Kaneko Jj, Jw. Harvey, Ml Bruss, Editor. Clinical Biochemistry Of Domestic Animals. Edisi 5. Academic Press. London, New York, Tokyo.
Kaslow Je. 2010. Analysis Of Serum Protein. Santa Ana : 720 North Tustin Avenue Suite 104, Ca.
Kurniawati Dian, Mohandas Indradji Dan Diana Indrasanti. 2013. Total Protein Plasma (Tpp) Dan Fibrinogen Darah Pada Kelinci Yang Terinfeksi Koksidiosis Di Sentra Peternakan Kelinci Di Kabupaten Banyumas. Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):391-396.
Meisari Putri, Mohandas Indradji Dan Diana Indrasanti. 2013. Total Nilai Packed Cell Volume (Pcv) Dan Eritrosit Kelinci Yang Terinfeksi Koksidiosis Di Kabupaten Banyumas. Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):353-358.
Sloane, E. 2004. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit Buku Kedokteran Egc: Jakarta.
Tarwoto, Wartonah. 2008. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta Timur. Trans Info Media.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar