Latar belakang
Biosekuriti adalah keamanan dari transmisi
penyakit menular , parasit dan hama. Biosekuriti telah fokus pada
mempertahankan atau meningkatkan status kesehatan hewan dan mencegah masuknya
penyakit baru patogen dengan menilai semua resiko yang mungkin terjadi pada
Kesehatan hewan. Biosekuriti memiliki tiga komponen utama :isolasi , kontrol
lalu lintas dan sanitasi.
lalu lintas dan sanitasi.
penerapan biosekuriti sangat penting
sebagai salah satu aspek dasar program keamanan pangan di industri dan
penerapan biosecuriti dapat meningkatkan kesehatan ternak dan menjadikannya
lebih produktif. Tindakan biosekuriti meliputi sekumpulan penerapan manajemen
yang dilakukan bersamaan untuk mengurangi potensi penyebaran penyakit. Penerapan biosekuriti pada
seluruh sektor peternakan, baik di industri perunggasan atau peternakan lainnya
akan mengurangi risiko penyebaran mikroorganisme penyebab penyakit yang
mengancam sektor tersebut.
Sejak pertama kali diidentifikasi pada
tahun 2003, penyakit flu burung telah menjadi endemik pada 31 propinsi dari 33
provinsi di Indonesia. Di antara berbagai penyakit unggas lainnya seperti
tetelo (ND), gumboro (IBD), dan sebagainya, flu burung dianggap sebagai
penyakit yang paling signifikan menurunkan kinerja ekonomi, khususnya bagi
Sektor Perunggasan Non-Industri Komersial (NICPS) dan sektor unggas pedesaan
(tradisional). Praktikum biosekuriti dilakukan untuk mengetahui cara mencegah
terjadinya penyakit pada unggas.
Tinjauan pustaka
Di Indonesia secara umum
sistem peternakan terdiri dari peternak dengan sistem kemitraan dan peternak
mandiri. Pada peternak dengan sistem kemitraan, pihak pengusaha dengan peternak
harus mempunyai posisi yang sejajar agar tujuan kemitraan dapat tercapai. Dengan
melakukan kemitraan, modal kerja yang dibutuhkan tidak terlalu besar. Resiko
kerugian yang ditanggungpun semakin kecil dan ada jaminan dalam pemasarannya
(Mauren,2010).
Dalam pemeliharaan ayam
broiler memerlukan manajemen pemeliharaan yang baik agar ayam tidak terserang
penyakit yang dapat menyebabkan kerugian bagi peternak. Langkah yang dapat
dilakukan untuk menghindarkan ayam broiler dari serangan penyakit adalah dengan
penerapan biosekuriti. Biosekuriti adalah suatu langkah-langkah manajemen yang
harus dilakukan oleh peternak untuk mencegah bibit penyakit masuk ke dalam
peternakan dan untuk mencegah penyakit yang ada di peternakan keluar menulari
peternakan yang lain atau masyarakat sekitar (Payne 2002).
Di masyarakat, biosekuriti dipahami hanya sebatas vaksinasi dan pembersihan
kandang pada saat setelah panen dan ketika anak ayam umur sehari (DOC) akan
masuk. Prinsip dari langkah-langkah biosekuriti adalah meminimalisir/menekan/mengurangi/
menghindari resiko-resiko di atas kontak dengan ayam yang dipelihara dengan
menerapkan langkah-langkah biosekuriti. Adapun prinsipprinsip biosekuriti
dikenal dengan BIRDDS (Build, Increase, Reduce, Detect, Dimention, Select)
(Jubbs, 2009).
Pembahasan
Biosecurity/biosekuriti adalah mencegah masuknya bibit penyakit kedalam farm.
Menurut Ananta (2013) Biosekuriti
merupakan tindakan manajemen yang dilakukan untuk mencegah bibit penyakit yang
ada dalam peternakan menyebar dan mencemari peternakan lain maupun pemukiman
sekitarnya. biosekuriti bukan satu-satunya upaya pencegahan terhadap serangan
penyakit, namun biosekuriti merupakan garis pertahanan pertama terhadap
penyakit.
Tujuan dari penerapan
biosekuriti adalah mencegah semua kemungkinan penularan dengan peternakan
tertular dan penyebaran penyakit. Soejoedono (2005) Tujuan utama penerapan
biosekuriti pada peternakan unggas yaitu, meminimalkan keberadaan penyebab
penyakit, meminimalkan kesempatan agen berhubungan dengan induk senang dan
membuat tingkat kontaminasi lingkungan oleh agen penyakit seminimal mungkin. Secara
keseluruhan, system biosecurity meliputi tiga hal, yaitu biosecurity konseptual,
biosecurity structural, dan biosecurty oprerasional.
Biosekuriti konseptual
merupakan biosekuriti tingkat pertama dan menjadi basis dari seluruh program
pencegahan penyakit meliputi pemilihan lokasi kandang, pemisahan umur unggas,
kontrol kepadatan dan kontak dengan unggas liar serta penetapan lokasi khusus
untuk gudang pakan atau tempat mencampur pakan. Lokasi peternakan yang jauh
dari pemukimam mampu meminimalisir kontak ternak dengan manusia ataupun dengan peternakan
unggas lain sehingga dapat mengurangi lalu lintas orang, hewan, bibit penyakit
dari kandang ke pemukiman maupun sebaliknya. Menurut Jubss (2009), semakin jauh
lokasi peternakan dari pemukiman dan peternakan lain, maka semakin kecil
kemungkinan terjadinya penyebaran bibit penyakit.
Biosekuriti struktural, yaitu hal-hal yang
berhubungan dengan tata letak peternakan, pemisahan batas-batas unit
peternakan, pengaturan saluran limbah peternakan, perangkat sanitasi dan
dekontaminasi, instalasi tempat penyimpanan pakan dan gudang, serta peralatan
kandang. Sesuai dengan pendapat Blackwell (1997)
bahwa Biosekuriti struktural terkait dengan keberadaan kandang ayam yang
ditinjau dari lokasi dan struktur kandang. Jarak antar kandang atau jarak
kandang dengan pemukiman tentu memerlukan perhitungan.
Biosekuriti operasional
merupakan biosekuriti tingkat ketiga terdiri atas prosedur manajemen untuk
mencegah kejadian dan penyebaran infeksi dalam suatu peternakan. Biosekuriti
operasional tediri atas tiga hal pokok yakni, Biosekuriti operasional terdiri
dari isolasi, trafik control, sanitasi. Trafik control dilakukan dengan cara
penyemprotan kendaraan farm dan peternakan. Sependapat dengan Ardana (2009) Penyemprotan
terhadap kendaraan atau orang yang keluar masuk areal peternakan dapat mencegah
masuknya virus kedalam peternakan.
Dapus
Ananta Widyantara et al. Peternakan Tropika Vol. 1 No. 1 Th. 2013:
45 – 57
Ardana I.B 2009. Ternak Petelur (Manajemen Produksi dan Penyakit).
Cetakan I. Swasta Nulus. Denpasar- Bali
Blackwell, M. 1997. Production Biosecurity. Poultry International.
August: 50-53
Jubb T dan Dharma D, 2009, Biosecurity Risk Management Planning,
A Training Course Manual Book.
Mauren N, Evy M, dan Cepriadi. 2010. Analisis Perbandingan Pola
Kemitraan Peternak Ayam Broiler di Kota Pekanbaru (Studi Kasus PT. Ramah Tamah
Indah). Universitas Riau : Jurusan Agrobisnis (SEP) Fakultas Pertanian
Universitas Riau, Jurnal Peternakan Vol. 7, ISSN 1829-8729
Payne JB, Kroger EC, Watkins SE. 2002. Evaluation of litter
treatments on Salmonella recovery from poultry litter. J. Appl.
Poult. Res. 11: 239-243.
Soejoedono RD, Handharyani E. 2005. Flu Burung. Jakarta:
Penebar Swadaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar