Jumat, 09 Juni 2017

Biosekuriti

Latar belakang
Biosekuriti adalah keamanan dari transmisi penyakit menular , parasit dan hama. Biosekuriti telah fokus pada mempertahankan atau meningkatkan status kesehatan hewan dan mencegah masuknya penyakit baru patogen dengan menilai semua resiko yang mungkin terjadi pada Kesehatan hewan. Biosekuriti memiliki tiga komponen utama :isolasi , kontrol
lalu lintas dan sanitasi.
penerapan biosekuriti sangat penting sebagai salah satu aspek dasar program keamanan pangan di industri dan penerapan biosecuriti dapat meningkatkan kesehatan ternak dan menjadikannya lebih produktif. Tindakan biosekuriti meliputi sekumpulan penerapan manajemen yang dilakukan bersamaan untuk mengurangi potensi penyebaran penyakit. Penerapan biosekuriti pada seluruh sektor peternakan, baik di industri perunggasan atau peternakan lainnya akan mengurangi risiko penyebaran mikroorganisme penyebab penyakit yang mengancam sektor tersebut.
Sejak pertama kali diidentifikasi pada tahun 2003, penyakit flu burung telah menjadi endemik pada 31 propinsi dari 33 provinsi di Indonesia. Di antara berbagai penyakit unggas lainnya seperti tetelo (ND), gumboro (IBD), dan sebagainya, flu burung dianggap sebagai penyakit yang paling signifikan menurunkan kinerja ekonomi, khususnya bagi Sektor Perunggasan Non-Industri Komersial (NICPS) dan sektor unggas pedesaan (tradisional). Praktikum biosekuriti dilakukan untuk mengetahui cara mencegah terjadinya penyakit pada unggas.

Tinjauan pustaka
Di Indonesia secara umum sistem peternakan terdiri dari peternak dengan sistem kemitraan dan peternak mandiri. Pada peternak dengan sistem kemitraan, pihak pengusaha dengan peternak harus mempunyai posisi yang sejajar agar tujuan kemitraan dapat tercapai. Dengan melakukan kemitraan, modal kerja yang dibutuhkan tidak terlalu besar. Resiko kerugian yang ditanggungpun semakin kecil dan ada jaminan dalam pemasarannya (Mauren,2010).
Dalam pemeliharaan ayam broiler memerlukan manajemen pemeliharaan yang baik agar ayam tidak terserang penyakit yang dapat menyebabkan kerugian bagi peternak. Langkah yang dapat dilakukan untuk menghindarkan ayam broiler dari serangan penyakit adalah dengan penerapan biosekuriti. Biosekuriti adalah suatu langkah-langkah manajemen yang harus dilakukan oleh peternak untuk mencegah bibit penyakit masuk ke dalam peternakan dan untuk mencegah penyakit yang ada di peternakan keluar menulari peternakan yang lain atau masyarakat sekitar (Payne 2002).
Di masyarakat, biosekuriti dipahami hanya sebatas vaksinasi dan pembersihan kandang pada saat setelah panen dan ketika anak ayam umur sehari (DOC) akan masuk. Prinsip dari langkah-langkah biosekuriti adalah meminimalisir/menekan/mengurangi/ menghindari resiko-resiko di atas kontak dengan ayam yang dipelihara dengan menerapkan langkah-langkah biosekuriti. Adapun prinsipprinsip biosekuriti dikenal dengan BIRDDS (Build, Increase, Reduce, Detect, Dimention, Select) (Jubbs, 2009).

Pembahasan
Biosecurity/biosekuriti adalah mencegah masuknya bibit penyakit kedalam farm. Menurut Ananta (2013) Biosekuriti merupakan tindakan manajemen yang dilakukan untuk mencegah bibit penyakit yang ada dalam peternakan menyebar dan mencemari peternakan lain maupun pemukiman sekitarnya. biosekuriti bukan satu-satunya upaya pencegahan terhadap serangan penyakit, namun biosekuriti merupakan garis pertahanan pertama terhadap penyakit.
Tujuan dari penerapan biosekuriti adalah mencegah semua kemungkinan penularan dengan peternakan tertular dan penyebaran penyakit. Soejoedono (2005) Tujuan utama penerapan biosekuriti pada peternakan unggas yaitu, meminimalkan keberadaan penyebab penyakit, meminimalkan kesempatan agen berhubungan dengan induk senang dan membuat tingkat kontaminasi lingkungan oleh agen penyakit seminimal mungkin. Secara keseluruhan, system biosecurity meliputi tiga hal, yaitu biosecurity konseptual, biosecurity structural, dan biosecurty oprerasional.
Biosekuriti konseptual merupakan biosekuriti tingkat pertama dan menjadi basis dari seluruh program pencegahan penyakit meliputi pemilihan lokasi kandang, pemisahan umur unggas, kontrol kepadatan dan kontak dengan unggas liar serta penetapan lokasi khusus untuk gudang pakan atau tempat mencampur pakan. Lokasi peternakan yang jauh dari pemukimam mampu meminimalisir kontak ternak dengan manusia ataupun dengan peternakan unggas lain sehingga dapat mengurangi lalu lintas orang, hewan, bibit penyakit dari kandang ke pemukiman maupun sebaliknya. Menurut Jubss (2009), semakin jauh lokasi peternakan dari pemukiman dan peternakan lain, maka semakin kecil kemungkinan terjadinya penyebaran bibit penyakit.
Biosekuriti struktural, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan tata letak peternakan, pemisahan batas-batas unit peternakan, pengaturan saluran limbah peternakan, perangkat sanitasi dan dekontaminasi, instalasi tempat penyimpanan pakan dan gudang, serta peralatan kandang. Sesuai dengan pendapat Blackwell (1997) bahwa Biosekuriti struktural terkait dengan keberadaan kandang ayam yang ditinjau dari lokasi dan struktur kandang. Jarak antar kandang atau jarak kandang dengan pemukiman tentu memerlukan perhitungan.
Biosekuriti operasional merupakan biosekuriti tingkat ketiga terdiri atas prosedur manajemen untuk mencegah kejadian dan penyebaran infeksi dalam suatu peternakan. Biosekuriti operasional tediri atas tiga hal pokok yakni, Biosekuriti operasional terdiri dari isolasi, trafik control, sanitasi. Trafik control dilakukan dengan cara penyemprotan kendaraan farm dan peternakan. Sependapat dengan Ardana (2009) Penyemprotan terhadap kendaraan atau orang yang keluar masuk areal peternakan dapat mencegah masuknya virus kedalam peternakan.

Dapus
Ananta Widyantara et al. Peternakan Tropika Vol. 1 No. 1 Th. 2013: 45 – 57
Ardana I.B 2009. Ternak Petelur (Manajemen Produksi dan Penyakit). Cetakan I. Swasta Nulus. Denpasar- Bali
Blackwell, M. 1997. Production Biosecurity. Poultry International. August: 50-53
Jubb T dan Dharma D, 2009, Biosecurity Risk Management Planning, A Training Course Manual Book.
Mauren N, Evy M, dan Cepriadi. 2010. Analisis Perbandingan Pola Kemitraan Peternak Ayam Broiler di Kota Pekanbaru (Studi Kasus PT. Ramah Tamah Indah). Universitas Riau : Jurusan Agrobisnis (SEP) Fakultas Pertanian Universitas Riau, Jurnal Peternakan Vol. 7, ISSN 1829-8729
Payne JB, Kroger EC, Watkins SE. 2002. Evaluation of litter treatments on Salmonella recovery from poultry litter. J. Appl. Poult. Res. 11: 239-243.
Soejoedono RD, Handharyani E. 2005. Flu Burung. Jakarta: Penebar Swadaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar