Latar
Belakang
Telur unggas berbentuk agak bulat
sampai lonjong dengan warna putih, coklat, biru atau berbintik-bintik .
Permukaan kulit telur agak kasar sampai halus. Tiap-tiap jenis telur mempun
kaikarakteristik warna, ukuran dan berat tertentu.
Telur merupakan
bahan pangan dengan struktur fisik yang khas. Telur tersusun dari kulit ,kantung udara dan isi yang terdiri putih telur dan
kuning telur.
Kulit telur
mempunyai tekstur yang kaku dan cukup kuat
untuk melindungi isi telur dari pengaruh luar. Putih telur dan kuning telur
sebenarnya dipersiapkan sebagai makanan bagi pertumbuhan embrio.
Mutu atau kualitas telur utuh ditentukan
berdasarkan kondisi kulit, kantung udara
serta isi telur. Penentuan mutu telur utuh sering dilakukan dengan cara
candling yaitu pengamatan kondisi telur utuh dengan bantuan sumber sinar yang
cukup sebagai latar belakang. Pengukuran indeks putih telur, indeks kuning
telur , nilai Z dan unit haugh merupakan pengukuran tidak langsung terhadap
ketegaran putih telur atau kuning telur.
Tinjauan Pustaka
Telur merupakan bahan pangan hasil ternak unggas yang
memiliki sumber protein hewani yang memiliki rasa lezat, mudah dicerna dan
bergizi tinggi. Teknik pengolahan telur telah banyak dilakukan untuk
meningkatkan daya tahan serta kesukaan konsumen. Telur mempunyai cangkang, selaput cangkang, putih telur (albumin) dan
kuning telur (Agustina, 2013).
Telur memiliki
kandungan gizi yang lengkap mulai dari protein,
lemak, vitamin, dan mineral. Meskipun demikian telur juga mudah mengalami penurunan
kualitas yang
disebabkan oleh kontaminasi mikroba, kerusakan secara fisik,
serta penguapan air dan gas-gas seperti karbondioksida, amonia, nitrogen, dan
hidrogen sulfida dari dalam telur. Kerabang telur
memiliki sifat keras, halus, dilapisi kapur dan terikat kuat pada bagian luar
dari lapisan membran kulit luar (Jazil, 2013).
Telur harus disimpan pada suhu serendah mungkin namun tidak
menyebabkan isi telur membeku, karena dengan membekunya isi telur mengakibatkan
volume isi telur membesar. Penyimpanan telur dilakukan pada suhu refrigerasi
diatas suhu -2°C (28°F ) untuk mencegah kerusakan telur. Penyimpanan ini dapat
memperpanjang masa simpan telur, sehingga kualitasnya dapat dipertahankan lebih
lama (Suradi, 2006).
Pembahasan
pH
Derajat keasaman (pH)
putih telur pada suhu ruang dan segar 9 dan 10 setelah penyimpanan pada
suhu dingin. Penjelasan saat praktikum pH telur berkisar 7,6 – 7,9. Hal
tersebut sesuai pendapat Belitz (2009), pH putih telur yang baru dikeluarkan
atau telur segar kira-kira 7,6-7,9 dan meningkat sampai nilai
maksimal 9,7
tergantung temperatur dan lama penyimpanan.
Keluarnya CO2
melalui pori-pori kerabang telur menyebabkan penurunan pH. Hal ini sesuai
pendapat Rizal (2012) pH albumen meningkat karena
disebabkan oleh lepasnya
CO2 melalui pori-pori cangkang. Putih telur yang mempunyai pH
meningkat menjadi
basa selain disebabkan
oleh menguapnya CO2, juga disebabkan karena putih telur dibagian
yang kental
mengalami pengenceran yang akhirnya akan merembes ke kuning
telur.
Suhu pada penyimpanan telur dapat mempengaruhi pH. Sesuai
pendapat Agustina
(2013), suhu dapat memengaruhi pH putih dan kuning
telur. Semakin tinggi suhu maka CO2 yang hilang lebih banyak sehingga
menyebabkan pH putih dan kuning telur meningkat.
HU
Haugh Unit (HU) merupakan kualitas internal telur
berdasarkan bobot telur dan tinggi. Nilai HU telur yang disimpan suhu dingin
84,57, telur segar memiliki nilai HU 58,77 dan telur yang disimpan suhu ruang
nilai HU 46,98. Menurut Jazil (2013) semakin lama penyimpanan nilai HU akan
semakin menurun. Hal tersebut terjadi akibat adanya penguapan air dan gas
seperti CO2 yang menyebabkan putih telur kental semakin encer.
Selama penyimpanan pH telur semakin meningkat, akibat dari
kenaikan pH putih telur menjadi semakin encer, tinggi putih telur kental
menurun dan nilai HU semakin kecil. Sesuai
pendapat Jazil (2013) CO2 yang hilang melalui pori-pori kerabang telur
mengakibatkan konsentrasi ion bikarbonat dalam putih telur menurun dan merusak
sistem buffer. Hal tersebut menjadikan putih telur bersifat basa dan pH putih
telur naik yang diikuti dengan kerusakan serabut-serabut ovomucin (yang
memberikan tekstur kental), sehingga kekentalan putih telur menurun.
Nilai haugh unit dipengaruhi oleh tinggi putih
telur. Sesuai pendapat Stadelman (1995) nilai haugh unit merupakan
hubungan antara berat telur dengan tinggi putih telur bagian padat yaitu
semakin besar ukuran putih telur maka nilai haugh unit semakin tinggi.
Menurut Suradi (2006), telur
dengan nilai Haugh unit minimal 72 digolongkan ke dalam kelas AA, dan nilai HU
pada kisaran 60 sampai 72 termasuk kelas A, nilai HU antara 31 sampai 59 ke
dalam kualitas B, serta nilai HU pada kisaran kurang dari 31 termasuk kelas C.
Bobot turun
Penyimpanan telur pada suhu ruang yang memiliki kelembapan
relatif rendah juga mempercepat penurunan berat telur, karena kelembapan yang
rendah akan mempercepat penguapan CO 2 dan H2O sehingga penurunan berat telur
lebih cepat. Hal ini sesuai dengan Stadelman (1995), telur yang disimpan pada
suhu ruang dengan kelembaban udara yang rendah akan mengalami penyusutan berat
lebih cepat dibandingkan dengan telur yang disimpan pada suhu ruang dengan
kelembaban udara yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh pengaruh kelembaban yang
rendah selama penyimpanan akan mempercepat penguapan karbondioksida dan air
dari dalam telur, sehingga penyusutan berat akan lebih cepat.
Selama penyimpanan pada suhu refrigerasi, dengan semakin
lama penyimpanan diikuti dengan penyusutan berat telur. Pelepasan air dan gas-gas dari dalam isi telur melalui
kerabang tetap terjadi pada penyimpanan suhu rendah.
Sesuai pernyataan Suradi (2006), bahwa selama penyimpanan teriadi penguapan air
dan gas-gas dan dalam telur melalui pori-pori kerabang.
Penyusutan bobot telur pada suhu ruang 0,98 gr dan pada
suhu dingin 6 gr. Perhitungan penyusutan yang didapat saat praktikum kurang
tepat. Telur yang disimpan pada suhu refrigerasi seharusnya dapat menghambat
kecepatan penyusutan berat telur dibandingkan penyimpanan pada suhu ruang.
Sesuai pernyataan Suradi (2006) bahwa penyusutan telur akan dipercepat pada
penyimpanan suhu yang lebih tinggi, karena terjadinya peningkatan porositas
kerabang.
Indek putih
Nilai indeks putih telur yang diperoleh dari praktikum pada
suhu ruang 0,017, segar 0,023 dan suhu dingin 0,039. Menurut Faris (2015)
indeks putih telur ditentukan oleh tinggi putih telur kental dan diameternya.
Indeks putih telur dipengaruhi oleh protein pakan. Protein pakan akan
mempengaruhi viskositas telur yang mencerminkan kualitas internal telur,
selanjutnya dapat mempengaruhi indeks putih telur.
Telur terdiri atas tiga komponen utama yaitu kulit 11%,
putih telur 58% dan kuning telur 31%. Sesuai pendapat Stadellman (1995) putih
telur atau albumen mempunyai persentase sebesar 60 % dari total berat telur.
Persentase putih telur pada ayam petelur bervariasi tergantung dari umur ayam, strain,
dan umur dari telur.
Perubahan kekentalan putih telur dapat disebabkan oleh umur
ayam dan peningkatan lama simpan telur. Telur semakin lama disimpan maka
diameter putih telur akan semakin lebar sehingga indeks putih telur akan
semakin kecil. Menurut Yuwanta (2010) perubahan putih telur disebabkan oleh
pertukaran gas antara udara luar dengan isi telur melalui pori-pori kerabang
telur dan penguapan air akibat dari lama penyimpanan, suhu, kelembaban dan
porositas kerabang telur.
Indek kuning
Besar kecilnya telur yang dihasilkan oleh unggas
dipengaruhi oleh umur unggas itu sendiri. Umur unggas semakin tua maka ukuran
telur akan semakin besar sehingga indeks kuning telur yang dihasilkan juga
semakin besar. Menurut Amrullah, (2003) indeks kuning telur ditentukan oleh
perbandingan antara tinggi dan diameter kuning telur.
Indeks kuning telur yang diperoleh pada suhu ruang 0,22, segar
0,41, suhu dingin 0,39. Nilai indeks kuning telur segar dan suhu dingin
tergolong mutu II antara 0,39 – 0,45. Menurut pendapat dari Argo (2013) indeks
kuning telur yang baru bervariasi antara 0,30 – 0,50 walaupun pada umumnya 0,39
– 0,45.
Faktor yang mempengaruhi indeks kuning telur antara lain
ukuran telur, lama penyimpanan, suhu tempat penyimpanan, kualitas membran
vitelin, dan nutrisi pakan. Sesuai pendapat Agro (2013) indeks kuning
telur dipengaruhi oleh protein, lemak, dan asam amino esensial yang terkandung
dalam pakan. Protein pakan akan mempengaruhi viskositas telur yang mencerminkan
kualitas interior telur, selanjutnya dapat mempengaruhi indeks kuning telur.
Air sac
Rongga udara pada telur terbentuk sesaat setelah peneluran
akibat adanya perbedaan suhu ruang yang lebih rendah dari suhu tubuh induk.
Semakin lama penyimpanan telur maka akan semakin besar kedalaman rongga
udaranya. Sesuai pendapat Pescatore (2011) seiring bertambahnya umur, telur
akan kehilangan cairan dan isinya semakin menyusut sehingga memperbesar rongga
udara.
Intensitas Warna coklat kerabang telur berpengaruh nyata
terhadap kedalaman rongga udara. Semakin terang warna coklat telur maka
rata-rata kedalaman rongga udaranya semakin besar. Sesuai dengan pendapat Jazil
(2013) kerabang telur yang lebih tipis relatif berpori lebih banyak dan besar
sehingga mempercepat turunnya kualitas telur akibat penguapan.
Dapus
Agustina,
N, Imam, T Dan Djalal, R. 2013. Evaluasi Sifat Putih Telur Ayam Pasteurisasi Ditinjau
Dari Ph, Kadar Air, Sifat Emulsi Dan Daya Kembang Angel Cake. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 23 (2):6 – 13.
Amrullah, I. K. 2003. Nutrisi Ayam Petelur.
Bogor: Lembaga Satu Gunung Budi.
Argo. L. B. Dan Mangisah. 2013. Kualitas
Fisik Telur Ayam Arab Petelur Fase I Dengan Berbagai Level Azolla Microphylla.
Animal Agricultural Journal, Vol. 2 No 1, 445-457.
Belitz,
H. D And W. Grosch. 2009. Food
Chemistry. Edisi 4 Revisi. Berlin.
Fariz M. Y., Eko, W. Dan Irfan H. D. 2015. Pengaruh Penambahan Sari Belimbing Wuluh (Averrhoa
Bilimbi L.) Sebagai Acidifier Dalam Pakan Terhadap Kualitas Internal Telur
Ayam Petelur. J. Nutrisi Ternak Vol. 1, No. 1 : 19-26
Jazil, N., A. Hintono., S, Mulyani.
2013. Penurunan Kualitas
Telur Ayam Ras Dengan Intensitas Warna Coklat Kerabang Berbeda Selama
Penyimpanan. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan
Vol.2 No.1.
Pescatore, T. Dan J. Jacob. 2011. Grading
Table Eggs. University Of Kentucky Cooperative Extension, Lexington.
Rizal.
B, A. Hintono, Dan Nurwantoro. 2012. Pertumbuhan Mikroba Pada
Telur Pasca Pasteurisasi. Anim Agri J,1 (2): 208- 218
Stadellman, W.J. And O.J. Cotteril. 1995. Egg
Science And Technology. Fourt Ed Food Product Press. An Imprint Of The
Haworth Press. Inc. New York. London.
Suradi, K. 2006.
Perubahan Kualitas Telur Ayam Ras Dengan Posisi Peletakan Berbeda Selama
Penyimpanan Suhu Refrigerasi. Jurnal Ilmu Ternak. Vol. 6 No. 2, 136 – 139
Yuwanta,
T. 2010. Telur Dan Kualitas Telur. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar